http://aldinobahtiar.files.wordpress.com/2010/01/muslimat-air-mata1.jpg

Kenangan merajam
Semakin tajam
Melukai kejam

Malam tiba-tiba mendingin
Matahari hilang, sembunyi di nadir
Mata tiba-tiba dingin
Mengasinkan lidah, diam dibibir

Mata perlahan terkatup
Meredam, lalu mengecil
Secepat terbelalak, tak tertutup
Ada rindu mengetuk dengan jari mungil

Ingat asmara yang kita ringkas?
Secepat kilat meranggas?
Bukan nafsu yang mengganas
Bumi saja yang tak pernah puas!

Ingat aku yang hampir gila?
Kini membuas, kau sebabnya
Demi bersamamu, rela meneteskas dosa!
Tapi bagaimana?

“oh iya, janji yang pernah kita ukir saat kau tersedu, pasti kau lupa menaruhnya dimana”


kau diam, menatapku dengan senyum tak pasti
daun hanya berani berlalu, tak satupun singgah mengganggumu

"bila rindu tak bisa menggapai, entah apalagi yang aku kerahkan"
"sudah, cukup rindu saja, itu sudah menjerakanku, namun tak meruntuhkanku"


sejenak ribut berlalu, tak bertahan lama, senyummu terlalu ribut diotakku
bayangan pohon dengan rela menaungi, tak banyak bicara

"bisakah kau beralih pada cinta? benci sudah terlalu lama berdiam disini"
"tak ada pilihan lain? aku ingin rindu ini tak bertuan, dan kecupanmu hanya membekas"


aku lagilagi terdiam, angin meniup aroma, mengantarnya pada rongga nafasku
aku berdiri, mengajakmu berlalu, tak bisa bertahan lama pada diam

"mari, danau sudah bosan mendengar diammu dan diamku"
"tunggu, aku ingin menjabarkan pisah ini, agar luka tak dalam"
"tidak, aku sudah puas menikmati hadirmu kini, jangan siram aku dengan alasan"
"tapi..."
"mari diam dan tersenyum mengenang suka, tak perlu duka kau tabur"


aku berlalu, sinis pada rumput hijau dan danau,
senyum getir kupersembahkan di perjamuan terakhir.


Dua luka tertuang di atas kertas agar terdengar malam
Meninggalkan luka dari gesekan toreh

Pernahkah kau menoleh sejenak ke jendela
Hujan menangis meratapi mayatmu penuh abu, guntur berderai 

Kau kini hanya abu, perlahan tak berbekas

Ribut ini terlalu ramai, aku ingin sunyi yang sejenak
Meresapi ingatan yang aku lupa
bayang menyelinap menghilang dalam benak
fitrikah rinduku bila aromamu perlahan mulai lenyap dari indra?

Antara cinta pada biru atau dusta pada rintik hujan
Aku memilih merah, aku merindu pada dingin malam

aku rindu bulan indah pada maret yang sempurna

Followers

Total Pageviews