Masjid di seberang sudah mulai berbunyi
Sedang jangkrik sedari tadi sudah tak bersuara
Aku dan sebotol minuman tetap saja bersama melewati malam

Masih disini dan duduk menatap kosong
Sedang tanganku saling berkaitan tak karuan
Aku dan ruang biru ini tetap saja sendiri melewati malam tadi

Menjalarkan darah dari kue yang sempat aku makan tadi siang
kini sudah meraja di ubun-ubun
Menjalarkan ingatan yang sudah mulai terlupakan sejak tadi
kini mulai membasahkan mataku

Masjid diseberang jalan masih saja berbunyi dengan nyaring
Dan aku masih juga memainkan tanganku
Menulis tentang dia dengan kenangan yang masih tertinggal
Dan aku masih saja tak menemukan jalanku

Mencumbu keseluruhan malam hingga matahari sudah mulai tersenyum dibalik jendela
Menikmati setiap tetes keringat yang tadi kau tinggalkan diatas seprei
Menghirup habis aroma yang tak kau sadari kukurung di dalam kamar
Menutup mata dengan sarung basah karena menutupi mataku

Jika, kenangan tentangmu seperti aroma ikan asin yang melekat di hidung
Jika, semua lagu yang senandungkan malam ini masih saja tentangmu
Jika, setiap suara yang menghampiri gendang telingaku serupa suaramu
Maka, Aku akan mencoba tertidur dan bermimpi tentang AKU setahun yang lalu

-4/10/10-
"Tentang aku dan tanggal 27 yang aku sebut :KEBAHAGIAAN
Maaf, bukannya aku berniat untuk menghapus kebahagiaanmu di hari ini, namun aku sempat bahagia saat itu karena kita berdua layaknya dua insan yang baru saja memadu kasih, menulis janji dan bertatap muka di perpustakaan kampus, begitu romantis sayang, aku suka.
Sayang,
Aku tau bahwa tadi kau hanya berpura-pura tidur hanya untuk membuatku terdiam, namun aku sadar kepura-puraanmu, walaupun kata yang aku ungkapkan padamu saat itu mungkin saja tak kau cerna dengan baik, akan aku ulangi sekali lagi sayang.
1. Selama engkau masih tak termiliki, akan kuungkapkan rasa sayangku padamu lewat laku dan tingkahku
2. Hari yang aku tulis itu akan aku rayakan selamanya, entah ada atau tanpa dirimu,
oh iya sayang, sebelum aku lupa,
3. Walaupun jemarimu sudah menggenggam tangan yang lain, laku da tingkahku tak akan berubah terhadapmu, karena aku mencintaimu.
4. Sampai maut memisahkan, sampai saat yang aku tunggu datang (ataupu tak datang), aku akan menunggu....
Kucoba untuk tidur malam ini, kubaringkan tubuhku seraya kuambil bantal yang terpojok disudut ranjang putih, kupasrahkan kepalaku bertumpu pada bantal yang ternyata tak empuk, kupejamkan mataku seiring berlalunya detik pada jam dinding kamarku, sekian detik berlalu dan kesadaranku tetap pada tempatnya, seakan tak ingin beranjak dari keadaan sadar menuju tidur, tanpa kusengaja, kata seorang pujangga yang sudah tak terekama lagi namanya di otakku terlintas dengan cepat dan sempat singgah dikepalaku,
“menit-menit saat akan tertidur, saat kau berada diantara sadar dan kantuk, akan terlintas berkas-berkas orang yang sangat kau sayangi”
Dan tanpa diaba-aba, otakku tanpa menyeleksi ribuan wajah dan rasa, tanpa mengingat raut muka dan senyuman yang lain langsung saja menggambarkan senyuman bibirmu yang khas dan tak bisa kulupa itu, lalu satu persatu kutelaah isi wajahmu, mulai dari bibirmu yang tipis dan sering kau basahi sebelum aku daratkan bibirku itu, sampai leher jenjangmu yang tak pernah luput dari “sergapanku mautku” katamu.
Lalu perlahan aku tak sadar lagi dan semuanya menjadi rabun, aku mulai tertidur dan aku yakin, bibirku pasti tersenyum saat aku tertidur.

‎...|Mimpi terindah itu masih terbayang-bayang setelah sekian jam aku terbangun dari tempat tidurku, dan terus membuatku melengkungkan bibirku bila ingat pertemuan tangan kita, terima kasih telah sudi mampir di alam itu bersamaku|...

Followers

Total Pageviews