Diluar purnama agak malu-malu 
hanya berani mengintip dari balik gunung Lawu,
aku hanya berani meringkuk di dalam kantung tidur yang lumayan tebal.
Menatap ringkuk pepohonan yang tak kekal

Sekelebat cepat di depan mataku, bayangan yang sudah akrab bagiku.
Lolongan panjang menyeruak,
diujung sebuah tebing,
memohon pada bulan bersanding awan yang berarak
lalu menghilang

Dari balik pohon Albizia saman, dia bersembunyi,
Perlahan, mengendap dalam sunyi.
Dia menatapku, dia mengenaliku,

Tahun ketiga aku disini di dalam tenda sewarna langit
Tahun ketiga dia sembunyi dibalik pohon itu, mengintipku lamat-lamat
Tahun ketiga dia menghilang saat aku terlena
Tahun ketiga dia berubah menjadi serigala betina

dia menari di bawah hujan,
karena matahari sudah tak menyukainya lagi,
dia menari dengan bebas, tanpa beban

senyumannya luka,
tawanya sekeras petir.

kau tak akan tahu betapa senangnya dia yang tak beranjak dari masa lalunya

tarian hujan sudah lama dia tarikan,
hujan kali ini tak mau turun

senyum tak pernah lepas dari bibirnya,
tapi kau tak pernah tahu,
 saat hujan bercumbu dengannya,
deras tangis begitu gelegar

dia,
gadis hujan,
bersanding dengan misteri dibalik kerudung malaikat 

Tiga hari terkurung ditempat yang sama
Pintu kamar menghilang, berganti siluet
Kulukis imajinasi di tiga sisi dinding
Sedang satunya kusiapkan untuk lukisan saat aku sudah mati

Kutatap langit-langit kamar, awan putih dan hitam bersatu
Sekilas petirnya sampai di lantai kamar, dekat kasurku
Bekas hujan semalam masih membanjiri lantai
Diam hanya bisa aku jadikan lawan bicara

Seekor burung terbang melayang melewati atap rumah,
Terlihat jelas
Dengan warna oranye putih,
Mengantarku pada ribuan warna lagi

Kita berlomba-lomba jatuh ke bumi, rintik
Kita terisak diantara hujan, menangis
Kita terbang diantara awan-awan putih
Kita beradu keras dengan petir

Kita melebur bersama angin,
Kita tersesat diantara kata
Kita menghilang diantara awan
Kita tenggelam dalam samudera terdalam, cinta

Dimana letaknya cinta, di kamu

Followers

Total Pageviews