Jagat raya mempermainkanku beberapa hari ini,
Mengirimkan tiga wujud serupa dirimu, tiga nama serupa milikmu
Menemukan wanita serupa dirimu, melihat perempuan serupa wajahmu,
Jagat raya memberiku tanda

Tiga tetes rindu hujan aku titipkan pada matahari,
berharap ia kelak menjadi awan dan beranak pinak,
esok akan kutemukan kembali hujan kemarin,
agar bianglala bersemayam di sudut cakrawala nanti, saat matahari mulai tertidur

Kau liar, aku gila,
mari kita bercinta di bawah pohon tempat kita dulu memadu kasih,
biarkan hujan mengganti peluh kita,
mari kita lupakan tragedi aku dan kau serta mereka yang membenci anak kita

Menunggu pagi,
dengan tatapan sayu dan mata yang sudah tak terkendali,
aku menatap buas pada berkas cahaya hangat yang perlahan menidurkanku di pangkuannya.

Menunggu pagi,
dengan sejuta guguran daun hijau dan senyum sang mentari,
aku ingin terlelap setelah pagi sudah lelah menciumku

Ayah, sesusah inikah saat kau mendekati ibu

Guntur menyambar
Mulut sumbar

Menatap langit, Hambar
Luka, semakin nanar

Aku adalah Luka
Seperti khitan tak sempurna

Kuratap penjuru angin sambil tertawa
Air tertelan dari rawa-rawa

Aku adalah mati
Seperti jangkrik tak berbunyi

Kutampar cermin yang berbohong
Jari-jari menekuk, darah mengalir sombong

Aku adalah seni
Jamah aku dengan seni

Karena aku ingin mati
tusuk segera bilah belati

Hujan menampar jasadku di keranda
Hujan menatap jasadku di keranda



Aku adalah nisan kelak

Korek gas itu menggelepar saja di atas meja
Tak tersentuh, rindu di jamah
Buku kujadikan alas tidurku malam ini
Letih menjambak-jambakku tak henti sedari tadi

Hujan membasahi kotaku malam tadi
Dingin tak jua meninggalkan kamar tua,
Tapi aku rindu badai
Aku ingin kuyup, ingin terjamah

Lagu tidur menderu-deru di telingaku
Aku rindu Badai,
Suara Mesjid di Seberangpun sudah mulai terdengar jelas
Aku tetap saja rindu pada Badai

Malam sudah lama menyapa
Sedang mimpi masih saja enggan datang
Kutatap baik-baik jemari tanganku yang kedinginan
Berbisik tak jelas, aku rindu badai menjamah

Katakan pada ayahku yang sudah lelap
Bisikkan pada ibuku yang sudah tiada
Saudaraku tak perlu mendengar
Aku rindu badai, sangat rindu

Badai, aku ingin menyapamu segera, karena Hujan sudah meninggalkan sendiri tanpa kasihan.
Aku akan menunggu pertemuan kita, menunggu untuk menciummu Badai

Followers

Total Pageviews