Dia Yang Tak Bisa Kusebut Namanya

/
2 Comments
Kucoba untuk tidur malam ini, kubaringkan tubuhku seraya kuambil bantal yang terpojok disudut ranjang putih, kupasrahkan kepalaku bertumpu pada bantal yang ternyata tak empuk, kupejamkan mataku seiring berlalunya detik pada jam dinding kamarku, sekian detik berlalu dan kesadaranku tetap pada tempatnya, seakan tak ingin beranjak dari keadaan sadar menuju tidur, tanpa kusengaja, kata seorang pujangga yang sudah tak terekama lagi namanya di otakku terlintas dengan cepat dan sempat singgah dikepalaku,
“menit-menit saat akan tertidur, saat kau berada diantara sadar dan kantuk, akan terlintas berkas-berkas orang yang sangat kau sayangi”
Dan tanpa diaba-aba, otakku tanpa menyeleksi ribuan wajah dan rasa, tanpa mengingat raut muka dan senyuman yang lain langsung saja menggambarkan senyuman bibirmu yang khas dan tak bisa kulupa itu, lalu satu persatu kutelaah isi wajahmu, mulai dari bibirmu yang tipis dan sering kau basahi sebelum aku daratkan bibirku itu, sampai leher jenjangmu yang tak pernah luput dari “sergapanku mautku” katamu.
Lalu perlahan aku tak sadar lagi dan semuanya menjadi rabun, aku mulai tertidur dan aku yakin, bibirku pasti tersenyum saat aku tertidur.

‎...|Mimpi terindah itu masih terbayang-bayang setelah sekian jam aku terbangun dari tempat tidurku, dan terus membuatku melengkungkan bibirku bila ingat pertemuan tangan kita, terima kasih telah sudi mampir di alam itu bersamaku|...


You may also like

2 comments:

  1. sama seperti si hitam pekat..
    dy akan selalu ada untuk gagak hitam :)
    marah?
    caci saja..
    ini hidupku..
    aku sayang dy..
    aku bahagia..
    biarkan dy semakin membenciku hahahaha...

    ReplyDelete
  2. bukan sy ji toh yang kau maksud fuad?? hahahahaha.. jangan sy lah, bibirku tidak setipis bibirnya. hehe. piss

    ReplyDelete

Followers

Total Pageviews