KETIKA KAU BERUMUR 25 TAHUN

/
11 Comments

Aku hadir dalam wujud hujan yang setiap kali rintik diatas rumahmu, mengawasi lelapmu yang sudah tak pernah terjamah olehku. Kau bermimpi, tentang ribuan capung yang terbang mengitari bunga-bunga layu, tentang kupu-kupu yang lemah pada matahari.
Kutatap kau nanar, ada luka yang kau sembunyikan bersama dekapan bantal hangat yang sudah lama tak kusentuh, bantal dengan gambar kijang yang siap diterjang harimau. Kau mengigau, menyebut namaku yang yang sering menari dikepalamu, yang siap meledakkan isi otakmu dengan rindu yang sudah lama kau diamkan, yang kini beranak pinak jadi luka yang membusuk.
Kudekati kau dengan rintik diam, terbang terbawa angin, lewat jendela yang selalu tertutup rapat saat aku bersamamu, jendela penikmat tontonan kita berdua yang terus beradu, bercengkarama dengan bintang yang kau lekatkan diatap kamar tua yang selalu kau cintai. Kau berbalik badan, mungkin menyadari kehadiran yang aku diam-diam hadirkan, kau tersenyum dengan mata tertutup, kau tahu, dalam lelapmupun tahu, itu aku.
Kusentuh kau dari ujung kaki, meluncur dengan deras menuju bibirmu, kecupan hangat tiba-tiba terbayang di senja yang tak pernah lupa akan kehadiran kita. Lihat saja, tetangga bergunjing tentang rindumu dan rinduku yang acap kali tak dipuaskan malam, tak pernah lelah bermimpi tentang biru dalam hujan yang selalu kau sebut.
Ya, kau suka hujan, berlalu mengejar ribuan rintik yang terus mengelus pipimu, berlalu bersama rinai yang tak pernah lelah mengingatkanmu tentang pelangi yang sebentar lagi menghiasi langit.
Hujan, yang menghapus tangismu dimalam saat derai air mata tak bisa lagi kau tampung di mata kecilmu, serupa mata air yang tak mengering, dengan teriakan guntur yang kau sebut isak. Lalu kuucapkan janji yang sempat aku ingkari
“Di senja saat kau sudah berumur seperempat abad, akan kudatangi kau dengan senyum dan kutawarkan persandingan yang takdirpun sudah tak bisa memisahkan aku, kau dan hujan”
Dan kini aku kembali kelangit, bersatu dengan awan yang merindukanku, dan akan rintik lagi saat janji sudah siap kutunaikan.


You may also like

11 comments:

  1. Tunaikanlah janjimu. Sementara aku menunggumu. Menunggu hingga kau tak lagi menjadi kebalikan seperti proses yang terus menerus menentangmu. Menjadi hujan, lalu jadi awan. Jadilah hujan yang menerus. Menemani tidurku, hingga nanti aku bebas memeluk mu dalam lelap. :)

    ReplyDelete
  2. Ada dua kata kunci yang bisa kutangkap di cerita ini. Capung dan Hujan. Yang menurut saya keduanya datang dari cerita masa lalu. Dont stop dude, like you will not stop to write your life. :D

    ReplyDelete
  3. OKEH, masa lalu adalah cerita yang paling indah untuk ditulis :)

    ReplyDelete
  4. Aku menanti saat angka 25 itu menghampiri.
    Bagian terpenting dari janji saat ia tertunaikan.
    Aku menunggu disini sebagai penontonmu, melihatmu disana.
    Dibawah rintik hujan yang kau sukai.

    #ihirrr ihirrr

    ReplyDelete
  5. Semoga saja janji itu bisa saya tunaikan :)

    ReplyDelete
  6. selalu tergugu setiap membaca rubiat yang kau tuturkan dengan elegi keindahan. Takluk aku oleh frasamu. Kemudian bolehkah aku menggetuk hatimu?

    ReplyDelete
  7. Silahkan ketuk, pintu tetap saja terbuka lebar, selama kau datang bersama hujan

    ReplyDelete
  8. Hujan di negeriku sedang merajuk, lantas tak bolehkah air mata sebagai penggantinya?

    ReplyDelete
  9. kenapa air mata?, coba gantikan dengan embun pagi yang seiring fajar meninggi

    ReplyDelete

Followers

Total Pageviews