Hujan turun rintik-rintik
Membawa rindu yang perlahan menitik
Jatuh perlahan, menetes, dari daun-daun bunga liar.
Mengantar kenangan, yang semakin meliar.

Hujan turun satu persatu
Membasahi setapak berbatu
Kita pun pernah jalan satu-satu
Ya, tangan kuta menyatu

Hujan turun semakin deras
Kutatap dari jendela, dengan mata yang mulai malas
Bukan tubuh yang mulai lemas
Tapi hati yang sesekali memelas.

Hujan turun menemani secangkir kopi
Lalu lalang beberapa cerita dan mimpi
Beberapa mencoba untuk menepi
Ini aku, duduk diantara belasan orang, sepi

Hujan turun. di seberang, seorang tua dengan kaki telanjang
Berjingkrak-jingkrak, namun senyum tak lepas dari pandang
Ah, secangkir kopi kuseruput perlahan
Namun bagi rindu, dijadikannya lahan.

Sejenak, Hujan turun jadi gerimis
Di depanku, gadis kecil tersenyum manis
Tak kaku, tangannya menarikan tarian agar hujan mengekal
Kutatap lamat-lamat, dia, diotakku sudah kekal.

Hujan sudah tak mau turun,
Aku beranjak dari peristirahan khayal
Ikut menari tarian pemanggil hujan, tak ayal.

Lalu awan menghitam, ku ulang lagi sajak hujan turun.
Kutulis lagi namamu di komputer kerjaku,
Tapi bukan dirimu, hanya dengan abjad yang sama,
Lalu salahkah bila tetiba aku mengingatmu?

Lewat di sebuah jalan yang sudah terlalu ramah di mataku,
Sekilas kulihat tempat biasa kita duduk menikmati makanan kesukaanmu.
Lalu salahkah bila tetiba aku mengingatmu?

Duduk merenung, seperti yang biasa aku lakukan,
Menatap awan serupa kelinci,yang pernah kau perlihatkan padaku,
Lalu salahkah bila tetiba aku mengingatmu?

Kuregangkan tanganku, sekedar ingin meringankan penat,
Kusatukan tanganku. Ah, genggamanmu.

Lalu, masih salah bila tetiba aku mengingatmu?

Duduk sendiri,
menatap hujan yang jatuh sore ini, yang jatuh perlahan.

entah
apa yang ada dalam pikiranmu saat itu.

Lalu kau raih pulpen warna-warni dari dalam tasmu,
Kau rangkai beberapa kata,

Entah
Apa yang kau tulis,

Atau mungkin karena kau sedang bosan menunggu kekasihmu yang tak kunjung dating,
Atau kau menunggu hujan sore hari ini agar mereda, mungkin saja di rumahmu, sang kekasihmu sudah menunggu,

Entah,
Apa yang sedang kau lakukan sekarang.

Gerakan kakimu yang perlahan menghentak-hentak tanah,
Mungkin saja kau sedang tak sabar, atau, mungkin saja tatapan kita yang tak seirama

Ah, ya, kita sempat bertatap mata.

Atau, yang kau tulis sekarang itu juga tentang aku?
 Entah.

Followers

Total Pageviews