Tanpa Judul

/
1 Comments
Mentari perlahan mulai menghilang dibalik jendelaku. Awan yang tadinya berwarna jingga kini dengan perlahan pula menjadi kelabu dan akhirnya tak meninggalkan sisa-sisa putih ditubuhnya. Saat itu aku tak tahu apakah mentari itu tenggelam dalam keabadian atau hanya sementara, namun harapan yang terus ada dalam benakku tak menginginkan ia terus menghilang, aku ingin dia kembali saat fajar mulai terlihat.
Tapi sebagian dalam diriku tak menginginkan siang yang berkepanjangan karena malam tak henti-hentinya menciptakan keindahan dibalik kegelapannya yang samar-samar.
Saat mentari tenggelam tanpa tersadar olehku bulan sudah mengintip dari balik pintuku dengan cahaya lembutnya menyentuh pergelangan tanganku, dan sesaat kemudian bintang dengan malu-malu mulai menghadiri pertemuan itu dan mulai meramaikan malam yang tadinya beralaskan hitam dan beatapkan gelap.
Malam itu mungkin bagi insan adalah sebuah persinggahan seorang pengembara dari perjalanan panjang yang menyuguhkan keindahan dunia dibalik tirai gelapnya namun bagiku malam adalah sebuah persembahan dari pujangga yang dengan rangkaian katanya dapat menyuguhkan melodi-melodi syahdu dalam alunan dawai harpa sang maestro cinta.
Malam yang sangat susah untuk terlupakan dalam otak semua makhluk dibumi karena malam itu merupakan persembahan termanis yang pernah ia berikan pada pada jagad raya, namun bila terus teringat, batin ini seakan-akan mau menghanurkan diri sendiri ini dalam ledakan-ledakan mautnya yang mungmin mengandung dinamit-dinamit berkekuatan benci dan amarah yang terangkum dengan sempurna dalam kitab sang maestro tersebut.
Saat itu, saat bulan mulai bermain bersama kerlip bintang di kegelapan sana, diantara tirai-tirai awan hitam yang semakin lama semakin berkumpul menghalangi permainan mereka. Saat itu pula aku bersandar dalam kebekuan yang menampar rusuk-rusuk ini dengan sesuka hati, jiwaku dengan paksa tega meninggalkan raga hampa dan hambar ini. Pergi terbang melayang entah kemana, mungkin ke alam surga tak berpenghuni atau entah kemana, aku tak mau perduli. Mataku dengan nanar memandang kearah timur dan tak sengaja mataku menangkap sekelebat bayangan tak jelas yang bergerak diantara galaunya hatiku dan diantara jejak-jejak malam.


You may also like

1 comment:

Followers

Total Pageviews