Aku dan Malam Tadi

/
0 Comments

Semalam aku tak bisa tertidur lelap, mengingatmu disetiap sela bangunku, sehatkah kau disana? Hati-hati disana, karena kau sedang membawa hatiku bersamamu.

Masihkah kau berpikir tentang perpisahan? Bukankah perpisahan itu hal yang paling kita benci? bukankah pisah adalah hal yang dulu kita laknat saat genggaman kita begitu erat di Pantai Losari?

Pertama kali bertemu dirimu di Bandung, begitu banyak mimpi yang aku tata rapi,

“Suatu saat nanti tak perduli apa yang aku kerja, aku harus menggunakan dasi, agar kau bisa setiap hari merapikan dasiku dan aku bisa lebih lama menatapmu”

Sedang mimpi yang lain,

“Aku ingin menutup mata sambil menatapmu tertidur dan bangun saat kau masih di dalam dekapanku”

Tidakkah itu semua menjadi mimpi kita? Tapi kenapa jarak yang seharusnya menguji kita malah menjadi pemisah, malah menjadi alasan untukmu pergi.  Segampang itukah kau maknai perpisahan?

“Mimpiku sesederhana itu, sesederhana memelukmu dan tertidur.”

Begitu banyak cinta yang akan kita hapus dalam perpisahan, seberapa banyak air yang tersimpan di dalam mata-air matamu dan mata air-mata yang akan tertumpah dan mengasinkan bibir kita?

“Maaf bila kali ini aku banyak tanya, karena perpisahan tak pernah terlintas dalam kepalaku”

Pagi tadi bangun dengan badan yang lemas, biasanya, kalau aku begini, kau begitu sigap membuatkan teh panas kesukaanku.

[PH]




You may also like

No comments:

Followers

Total Pageviews