Kepada Perempuan, yang begitu rindu pada dada kiriku.

/
2 Comments

Kepada Perempuan , yang begitu rindu pada dada kiriku.

Masih saja kita bergelut dengan kenangan yang sudah kita lewati beberapa waktu lalu, dan kenangannya begitu nyata sampai sekarang. Dalam sadar, bahkan dalam lelap.

Handphone sengaja kutaruh di dekat kepalaku, menunggu deringan dari nomor yang tak kuketahui, siapa tahu itu dari kamu. Maaf, nomormu dulu tak sengaja terhapus saat emosi begitu meluap dan aku tak bisa mengingatnya lagi.

Hujan semalam begitu dingin, kehangatan yang biasa digenggaman menghilang begitu saja. Tanganku masih mengingat genggamanmu, yang kadang dengan sigap menggenggam, walau disitu tanganmu sudah tak sedia.

“Musik adalah mesin waktu yang sangat sederhana” katamu, dan kini aku sedang berada di masa lalu, dan kebersamaan kita terulang di depan mata, adakah waktu kembali seperti sedia kala?

Oh iya, Lagu mesin penenun hujan selalu kita hentikan saat sudah sampai dibagian reffnya, dan mengulang kembali dari awal. Entahlah.

Sedang Payung Teduh selalu tersedia di playlistku. Ketika aku ingin mengingatmu, dan itu disegala waktu.

“Disegala ruang ada dirimu, di segala waktu, ada aromamu, dan disegala sudut ada bayanganmu”

Maaf, kali ini suratku singkat, ada urusan kantor yang harus aku kerja.

Lelaki yang masih berteduh di bawah teriknya rindu
[PH]



You may also like

2 comments:

Followers

Total Pageviews